LARA MERONA


[Sampai Kapan Saling Memeluk Luka?]

Ada hal-hal yang digariskan dengan baik oleh sang pencipta. Mengenai temu, tawa, duka,
kisah awal dan juga usai di antara manusia;
tak ada yang tau apa rencana Sang Pencipta,
aku dan kamu hanya pandai menerka,
berlabuh di mana kita? Sampai di mana jalan kita?
Apa kita punya tempat pulang dan tuju yang sama?

Nyatanya jawaban dari Tuhan ialah tidak, kita tidak berlabuh di dermaga yang sama, tidak di jalan yang sama, juga tempat pulang dan tuju kita berbeda.

Sejauh apapun, sekeras apapun kita mencoba untuk menyamai segalanya; pada akhirnya kita sama-sama dihadiahi luka. Saling memeluk luka— 
tentu saja dari masing-masing diri kita, 
dan itu acap sering membuat ku muak, 
amat sangat muak.







Kadangkala aku berpikir untuk berhenti,
untuk apa bertahan? Kita sama-sama melukai diri kita masing-masing. Aku dan kamu sama-sama terluka.
Tidak ada hal yang baik untuk segala pemaksaan. Lalu, boleh kita usaikan kisah kita sekarang?
Untuk bahagiaku dan juga bahagiamu. Kita tidak sejalan, sedari awal aku terlalu memaksakan segalanya.

Untuk hal-hal yang tidak pernah membuat kita bahagia, biarkan semesta bekerja dengan sendirinya untuk merubah segalanya—





—Puanmu yang tidak rupawan, Dk.


📍Kota Belimbing, 8/365.
Sampai kapan lara ini usai menggerogoti nadiku?

Posting Komentar

0 Komentar