[Kenanglah Aku, Begitu Ucapmu]
Seperti halnya rembulan di awal bulan februari,
malamku tak pernah nyenyak tanpa kehadiran tubuh wangimu disisiku.
Pun beberapa malamku, selalu mengingaukan dirimu,
kulihat senyum simpulmu gentayangan dibunga tidurku.
Kau menimang aku dipangkuan,
hingga dimabuk kasmaran—
Bersamamu, direnda rumah kita yang cukup luas.
Kuingat ada beberapa pepohonan dan buah-buahan
sudah tumbuh subur;
juga dihalaman kita, bunga-bunga mawar warna-warni kesukaanku.
Kamu sengaja menanamnya. katamu, agar rumah kita terlihat indah, seindah aku.
Entah mengapa aku masih selalu ingin mengenangmu,
mempuisikanmu, juga menyetubuhimu
dengan semua goresan pena ini.
Semua nasihatmu pun masih bergemuruh dalam akal dan jiwaku;
seperti petuahmu tiga bulan lalu,
"Jika aku tidak ada saat kamu lemah, kembalilah kepada kehidupanmu saat sebelum kamu menemukanku. Disana, sumber energimu masih tersimpan rapi.
Jika aku tidak ada saat kamu butuh, kembalilah kepada seseorang yang selalu ada disisimu. Bersamanya, kamu tidak akan kesusahan sendirian. Entah siapapun itu, sahabatmu, ibumu, kakakmu, adikmu, atau lelaki yang dulu pernah mengisi kekosongan dihatimu sebelum aku.
Jika aku tidak ada saat kamu rindu, larilah ke laut. Dentangkan namaku bersama deburan ombak, pergilah ke sebuah bukit tepi pantai. Gubahkan namaku disana. Angin akan mewakilkan pelukku padamu; ialah sebagian dari diriku yang selama ini membersamaimu. Rindumu akan sampai.
Jika aku tidak ada saat kamu butuh kekuatan. Aku ada dimana-mana. Aku ada didalam dirimu. Aku tidak pernah pergi. Aku adalah kamu. Selalu tanamkan bahwa dirimu kuat lebih dari siapapun dan orang pertama yang dapat menolongmu adalah dirimu sendiri. Jangan dulu patah sebelum berjuang, ya?
Janji padaku, jangan menyerah. Meski seluruh dunia mematahkanmu, termasuk aku. Jangan menyerah."
Mimpiku masing tentangmu.
Daftar panggilku masih kau seorang.
—Difraksi Kapsaisin.
#Celoteh
#Mengenang
#TuanBerpuan
0 Komentar