SECUKUPNYA—SEWAJARNYA








Serba-Serbi Secukupnya


Hingar bingar, kebisingan yang ada di kepala. Segala rasa penuh yang menyesakkan, membuat masalah tumpul menjadi timbul. Manusia seringkali menciptakan rasa takutnya sendiri. Ada hal-hal yang tadinya tidak akan terjadi, menjadi terjadi karena didahului oleh prasangkanya.

Berdesing.

Bising sekali, pikiran-pikiran yang seharusnya tidak dipikirkan. Perasaan-perasaan yang seharusnya tidak dirasakan; menarik seluruh lega yang diharapkan. Mencegah seluruh positif yang ditangkap, tak mengerti apa sebabnya.

Masalah yang sebenarnya tidak bisa dikatakan sebagai masalah. Tetapi sekali lagi, perang tersulit bagi seseorang ialah perang dengan batinnya sendiri. Bergelut dengan pikirannya sendiri. Membuatnya semakin menyadari, bahwa bahagia disebabkan diri sendiri, pun juga kesedihan; kepada siapa kamu bergantung, juga oleh keyakinan yang ditanam sendiri.




Bahagia, seperti letupan kembang api di langit malam. Penuh warna di permulaan untuk kemudian perlahan-lahan padam;

Sedang kesedihan seperti terowongan panjang tanpa penerangan. Pada tiap langkah yang diambil, satu per satu kenangan menyakitkan memutar di kepala.





Lalu memilih menepi. Mencukupi tawa ketika bahagia, mencukupi tangis ketika terluka. Merawat sunyi malam hari. Berdialog dengan diri sendiri. Semoga tetap bahagia sebanyaknya dan sedih secukupnya. 

Selamat pagi, selamat memperbaharui takwa kembali. Jika belum bisa menjadikan salat sebagai kebutuhan, setidaknya jadikanlah sebagai tempat pelarian dalam hari-hari penuh kepenatan.









Besok, Salat Ied tetap dirumah saja kan?


—Difraksi Kapsaisin
23 Mei 2020


#Tajuk
#Hidup
#Sampaikan
#Rindu 
#SanakKeluarga
#Dikampung


Posting Komentar

0 Komentar