Kenang Genangmu



[Memoar Rimbunku]

Karena tinggal di dua kebisingan berbeda,
akhirnya kita menjemput waktu untuk berjumpa
di sehening-heningnya kota.
Begitu tiba, sengaja ku pakai penutup kepala bercorak ramai,
biar kau tak sempat lihat betapa hatiku
sebenarnya kerap terasa gelap.
Ada pula bingkisan sederhana dariku untuk kau gantung di dinding kamarmu, yang - entah mengapa aku berharap -
kelak dapat menjadi pengingat,
bahwa kau tak perlu gantungkan senyummu
pada siapapun termasuk aku.



















Ternyata, 
itu malah menciptakan genangan bening 
di pelupuk matamu, 
kemudian langsung deras membasahi seisi dadaku. 
Bermacam-macam cuaca, 
kulihat saling beradu di air mukamu, 
sampai kau ketakutan. 

Ya. 
Kau takut akan banyak hal, 
tak terkecuali pada ketenanganku. 
Maka, kau tak menjelaskan apapun, 
selain berbisik dibalik cangkir kopimu dan berkata lantang, 
"Tebak! Aku sedang dekat dengan siapa?
Karena tentangmu, 
kau selalu tahu, aku selalu tahu 
tanpa pernah aku tahu bagaimana.


Tak seperti biasanya,
kenyataan yang ku tebak dengan benar,
kali ini malah membuatmu kalut.
Namun, seperti biasanya,
aku paham benar ke mana ini semua akan berakhir.
Ialah, bukan di mana-mana, tapi di sini.
Setelah ini, kau tak akan pernah melihatku lagi.
Bagianku di dalam hidupmu, selesai.
Tentu kau tak bisa bertanya mengapa atau meyakinkan aku,
bahwa perpisahan kita bukanlah hal yang perlu.
Sebab, kau menyadari, yang kau sambut untuk bersatu denganmu,
ialah dia yang pernah membelenggu 
sampai tubuhmu lebam membiru.



Kini, beberapa tahun setelah semuanya,
doaku tentangmu masih sama.
Tetaplah kau baik dan harus selalu baik-baik saja.
Berbahagialah kau selalu, Mas Rimbunku,
dengan seseorang yang paling enggan kusebut,
Andayani pilihanmu—






Tertanda,
Puan kenangmu



Difraksi Kapsaisin
04 Juli 2020 Resmi 3 Tahun.




Posting Komentar

0 Komentar